Kamis, 10 November 2011

Malang - Tangerang

Nama saya dyan yulfiaini, saya anak ke-2 dari 2 bersaudara. Saya lahir di kota Malang. Kota yg saat ini sering dikenal sebagai kota apel. Seperti yang sering orang dengar tentang kota Malang, kota ini mempunyai tim sepakbola yang dikenal dengan AREMA. Tim sepakbola yang sangat saya banggakan. Tentang rumor Arema yang mempunyai watak keras, itu sangatlah tidak benar. Pernah suatu ketika teman saya Rara mengalami ban bocor saat usai menonton sepakbola, dan rombongan supporter Arema lah yang menolong teman saya itu memperbaiki sepeda motornya.

Di tempat saya dibesarkan yang bernama “Gadang” penduduk yang berada di daerah itu beraneka ragam. Ada yang berasal dari Madura, Batak, Aceh dll. Tetapi walaupun berbeda-beda suku tetapi kekeluargaan tetap terjalin lancar. Sebagai contoh saat lebaran Idul Fitri, setelah menunaikan salat ID semua warga keluar dari rumah masing-masing dan berbaris di depan rumah pak Rt yang kebetulan berada di pusat jalan menuju kampung. Disitulah tempat dimana semua orang bersalam-salaman memohon maaf atas segala kilaf yang dilakukan. Tak ayal suasana haru pun terjadi. Seorang anak memohon maaf kepada orang tuanya hingga menanggis mengingat hal-hal buruk yang telah ia lakukan.

Jumlah kegiatan d kampung saya sangat bervarian. Sebagai contoh pengajian ibu-ibu PKK di laksanakan hari Minggu, kegiatan ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang mengikuti pengajian secra bergantian dan dalam pengajian ini pun terdapat guru mengajar yang biasa di panggil dengan “Bu Nyai”. Terdapat pula kegiatan ibu-ibu PKK yang biasa disebut “Yasinan”. Sesuai dengan panggilannya, kegiatan ini bereisi tentang kegiatan membaca yasin,tahlil dan Istigosah. Kegiatan ini dilakukan pada hari malam Jum’at. Sedangkan pengajian bapak-bapak dilakukan pada hari malam kamis, kegiatan ini hampir sama seperti yang dilakukan oleh kegitan ibu-ibu PKK pada hari malam Jum’at yaitu yasin,tahlil dan Istigosah.

Tentang pendidikan di kampungku sangatlah bermacam-macam. Tetapi pada umumnya yang melanjutkan sekolah pendidikan jenjang lanjut hanya beberapa. Mengingat faktor keuangan yang minimalis, rata-rata remaja disana menempuh pendidikan SMK yang diharapkan dapat langsung bekerja usai menempuh pendidikan tersebut sehingga dapat menghemat dan membantu perekonomian dalam keluarga.

Saya salah satu orang yang beruntung karena orang tua saya yang sadar akan pendidikan , sehingga ketika saya diam-diam mengajukan beasiswa studi alih jenjang D3 ke D4 ITB melalui kampus saya yaitu “POLTEKOM” dan kemudian Alhamdulillah saya di terima, dengan senang hati orang tua saya sangat mendukung saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang D4 di ITB. Walaupun luapan air mata ibu saya yang tidak tega membiarkan saya pergi jauh dari pandangannya.

Saat ini, kurang lebih sudah tiga bulan saya tinggal di tangerang selatan bersama teman-teman perjuangan saya untuk melanjutkan studi saya. Pada angkatan ini kami biasa disebut Batch 4 atau yang berarti saya merupakan salah satu dari anggota angkatan ke-4 yang diterima Seamolec melalui program alih jenjang D3 ke D4 ITB. Kegiatan ini dilakukan yakni 3 bulan pertama mendapatkan pembekalan materi di seamolec, selanjutnya dilanjutkan ke ITB.

Selama mengikuti perkuliahan di seamolec, saya banyak mendapatkan pengalaman baru baik dengan sistem belajar yang ekstra ekspress, bahan materi yang terbaru, pengalaman pergaulan dengan masyarakat sekitarnya maupun dengan teman seperjuangan D4 yang berasal dari seluruh penjuru nusantara.

Sistem pembelajaran di seamolec dilakukan dengan sistem blok, dimana satu mata kuliah untuk satu semester diberikan full dalam satu minggu. Hal tersebut sangat menuntut kita untuk belajar cepat dalam menguasai materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen. Bisa dibayangkan bagaimana menyelesaikan satu mata kuliah yang seharusnya diberikan untu jangka waktu satu semester, kita harus menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. Sejenak saya sangat kaget dengan sistem ini. Tapi y sudahlah berkat bantuan temen-temen, usaha dan doa dari orang tua saya, saya masih bisa berdiri disini untuk berjuang menyelesaikan studi ini.

Kultur dan budaya di lingkungan sekitar tempat tinggal saya di tangerang selatan, sangat berbeda dengan kondisi kampung halamanku di Malang. Tentunya perbedaan logat bahasa yang terasa lebih kasar dan berbau individualitas dan egoisme. Namun pendidikan dan kemajuan informasi serta kemajuan teknologi di tangerang selatan ini sudah lebih maju dari pada kampung halamanku

Pengalaman perpindahan daerah ini sangat bermanfaat bagi saya untuk mengenal lebih jauh bagaimana menyikapi perbedaan kebudayaan. Kebudayaan Jawa timur dan Jawa barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar